Selasa, 14 Juli 2015

Menjadi mahasiswa akhir akan mengalami berbagai permasalahan besar dan momok yang menakutkan ketika menghadapi karya tulis ilmiah. Baik itu skripsi untuk jenjang strata 1, thesis untuk strata 2 dan disertasi untuk strata 3 akan menjadi masalah serius. Apalagi bagi mahasiswa yang kurang membaca, malas ke pustaka tentu akan lebih sulit untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Kendala utama yang harus dihadapi adalah tahapan pengajuan usulan penelitian. Dalam usulan penelitian ini, objek yang akan diteliti harus diuraikan secara jelas dan mendetail agar dapat menyakinkan Ketua Lab bahwa benar-benar adanya permasalahan dan harus diselesaikan dengan dilakukannya penelitian. Tanpa adanya permasalahan penelitian, kemungkinan besar akan ditolak usulan penelitian yang diajukan. Untuk merumuskan agar dalam usulan penelitian menarik dan menyakinkan setiap orang bahwa benar-benar adanya persoalan, calon peneliti harus mempunyai bekal berupa pengetahuan tentang objek yang diteliti, sehingga bisa memahami adanya kesenjangan antara dass solen dengan dass sein, antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara harapan dan yang dicita-citakan. Itu semua harus dipahami secara betul, agar mudah dalam menformulasikan permasalahan. Berikut ini, penulis akan mencoba menguraikan cara praktis untuk merumuskan permasalahan penelitian.
  1. Perhatikan yang Seharusnya
Hal ini perlu dipahami dan dipelajari secara sungguh-sungguh oleh calon peneliti. Dengan memahami yang seharusnya, akan mempermudah ketika melihat kenyataan yang tidak terwujud atau tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya seharusnya anak-anak tidak dibolehkan keluar di atas jam 10 Malam. Itu merupakan sebuah keharusan yang diharapkan agar benar-benar terwujud. Tapi faktanya (realitanya) menunjukkan lain sebagaimana yang diharapkan. Masih ditemukannya banyak anak-anak di atas jam 10 malam berkeliaran di berbagai tempat seperti warnet, warkop, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Adanya paradoksal antara yang seharusnya dengan kenyataan itulah yang disebut dengan permasalahan penelitian yang harus dirumuskan secara benar.  Untuk permasalahan-permalahan yang seperti itu membutuhkan kajian dan penelitian secara mendalam factor-faktor yang menyebabkan masih banyaknya anak-anak berkeliaran di atas jam 10 malam. Tentu banyak faktor yang menyebabkan anak-anak berkeliaran di atas jadwal yang ditentukan. Adakalanya disebabkan karena kurangnya control terhadap anak-anaknya, tidak adanya sanksi dari pembatasan jadwal tersebut, dan tidak adanya penegak aturan yang membatasi anak-anak keluar. Jawaban yang ingin didapatkan itu harus dicarikan melalui penelitian terlebih dahulu agar mencerminkan sebuah karya ilmiah. Meskipun jawabannya dari penelitian itu sudah dapat ditebak,  akan tetapi untu lebih sesuai dengan prosedur ilmiah, maka penelitian harus dilakukan.
  1. Banyak Membaca
Sebelum diajukannya usulan penelitian, penjelajahan dan penelusurian terhadap objek permasalahan yang akan diteliti merupakan suatu keniscayaan yang harus dilaksanakan. Penelusurian itu hanya dapat diperoleh melalui kegiatan membaca berbagai literature yang tersedia yang mengatur atau membahas tentang itu. Bila kegiatan membaca dan penjelajahan dilakukan terlebih dahulu, seorang calon peneliti akan kualahan pada saat berhadapan dengan ketua lab. Salah satu jurus andalan untuk menyakinkannya adalah dengan cara menunjukkan fakta yang seharusnya. Membaca literature dalam skala banyak semakin memperkuat argument kita dan semakin mudah untuk menyakinkan ketua lab. Sebaliknya, bila kegiatan penjelajahan awal dilakukan secara tidak menyeluruh, sudah pasti segala argumentasi yang diajukan akan dipatahkan. Akibatnya, usulan penelitian yang diajukan ditolak mentah-mentah dan mencarikan judul lain yang membutuhkan waktu lama. Oleh karenanya, penjelajahan awal sangat dibutuhkan untuk menguatkan penjelasan pada saat menjumpai dosen yang bersangkutan.
  1. Berdiskusi dengan Teman
Bertanya kepada teman juga harus dilakukan bila menemukan jalan buntu dalam merumuskan permasalahan. Setiap manusia memiliki kapasitas dan potensi yang berbeda. Ilmu yang dimiliki oleh teman seperjuangan dapat dimanfaatkan untuk saling berdiskusi dan sharing antar sesama. Kadangkalanya berdiskusi dengan teman diserang oleh rasa malu, bahkan minder berdiskusi dengannya. Terlebih lagi teman yang diajak diskusi dengannya berbeda umur dengannya. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi dalam proses belajar mengajar. Saling berdiskusi dan berbagi ilmu adalah hal yang harus dilakukan dalam dunia akademik.
  1. Berdiskusi Dengan Dosen
Berdiskusi dengan Dosen di kampus juga suatu hal yang harus dilakukan agar mendapatkan pencerahan secara mendalam mengenai berbagai persoalan. Seorang Dosen yang sudah terlibat dengan berbagai penelitian, sudah sangat memahami cara menformulasikan sebuah persoalan penelitian. Dari segi keilmuan yang dimilikinya juga tidak bisa diragukan lagi. Sehingga berdiskusi dengannya harus selalu diwujudkan agar mendapatkan cara yang lebih efektif dalam menyelesaikan studi di jenjang S1, S2 dan S3.
Itulah berbagai hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir agar mempermudah dalam penyelesaian proses belajarnya di Perguruan Tinggi. Semoga artikel singkat ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua dan memperlancar studi kita. Amiin.


0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Display

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Pages

Pages