Rabu, 03 Mei 2023

 



Pemenuhan hak anak di tingkat gampong memang membutuhkan kreatifitas dan inovasi yang tinggi. Itulah yang dilakukan oleh Tuha Peut sekaligus menjabat Bidan Gampong Pulo Ara Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, Sri Rahayu. Ia membuat terobosan di bidang layanan Kesehatan masyarakat, termasuk Kesehatan bayi dan balita. Inovasi yang dikembang yaitu menghadirkan Mobil Odong-Odong untuk menjemput bayi dan balita ke seluru pelosok gampong dengan menyusuri lorong-lorong kecil.

Anak yang berhasil dibawa ke Posyandu juga lumanyan banyak setiap pelaksanaan kegiatan. Sebanyak 80 orang lebih sekali kegiatan berhasil dibawakan. “Alhamdulillah setiap posyandu diadakan setiap bulan, orangtua beserta anak-anak sangat antusias mengikutinya, sekitar 80 orang lebih anak selalu kita layani. Odong-Odong bisa bergerak 4 sampai 5 kali menjemput anak di seluruh gampong”. Ujar Bidan Desa.

Ide awal sehingga odong-odong menjadi pilihan membawakan anak-anak ke posyandu dikarenakan beberapa hal, yaitu: pertama, Gampong Pulo Ara berkedudukan di Kota dan jumlah penduduknya yang lumanyan banyak. Jemput bola ke setiap Lorong dengan menggunakan transportasi odong-odong menjadi pilihan tepat. Kedua, odong-odong menjadi salah satu transportasi yang paling disukai oleh anak-anak di Kota Bireuen. Sehingga banyak anak-anak berkeinginan untuk bermain dengan odong-odong untuk dibawakan ke Posyandu. Jika orangtua tidak mengizinkan ke Posyandu, tapi anak-anak sudah merengek-rengek akhirnya diizinkan oleh orangtua.  

Biasanya kader Posyandu berkunjung ke semua Lorong menjelang satu hari sebelum pelaksanaan Posyandu. “Pengumuman-pengumuman, Bapak dan Ibu kita besok ada Posyandu, mohon kepada Bapak dan Ibu agar menunggu dilorong agar dijemput oleh odong-odong”. Ajakan tersebut disampaikan untuk memberitahukan masyarakat agar dapat mengikuti kegiatan Posyandu. Awalnya memang masih banyak tantangan yang dihadapi untuk mengajak orang ke Posyandu, karena ada yang bilang takut, tidak perlu, dan tidak ada waktu. Seiring perjalanan waktu paradigma berfikir mulai berubah.

Bahkan salah seorang ibu yang biasanya sering membawakan anaknya ke Posyandu Gampong Pulo Ara, tapi saat ini sudah pindah ke daerah lain menceritakan pengalaman manisnya mengikuti posyandu. “Alhamdulillah, ibu-ibu dan anak-anak Desa kita bisa merasakan happy posyandu, karena dijemput odong-odong Posyandu menjadi Seru”. Gambaran kecerian tersebut ia sampaikan karena di tempat baru ia kunjungi tidak menerapkan hal yang sama. Para ibu-ibu lebih menyukai hal yang seru-seru karena mendatangkan kebagian tersendiri baginya. Motivasi untuk mengikuti dan membawakan anaknya pun semakin lebih tinggi. Apalagi diberikan surprise atau hadiah bagi ibu-ibu yang aktif membawakan anaknya ke Posyandu sehingga semakin bertambah semangat bagi kaum ibu-ibu.

Hal yang menariknya lagi nih ya, program “odong-odong tron u gampong” yang dimulai sejak tahun 2021 itu dianggarkan dari dana desa. Pada tahun 2021 anggaran yang dianggarkan berjumah Rp 300.000,- per bulan. Tapi sayangnya Indonesia pada umumnya dan Aceh khusus pada tahun 2022 dilarang berkumpul oleh pemerintah sehingga program ini tidak dilanjutkan untuk menghindari penyebaran virus Covid-19. Pada tahun 2023 inovasi yang sangat bermanfaat bagi anak tersebut dilanjutkan kembali bahkan anggarannya ditingkatkan menjadi Rp 400.000,- Secara keseluruhan anggaran yang dianggarkan berjumlah Rp 53.000,000,-

Kreatifitas dan inovasi memang suatu hal yang sangat dibutuhkan bila berhadapan dengan anak, karena keunikan dapat menarik perhatian sehingga program perlindungan anak menjadi lebih maksimal di tingkat gampong.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advokasi Anggaran Perlindungan Anak di Gampong

 

Taman bermain sudah diadvokasi pada tahun 2020, ada plosotan, main bola, alat cat untuk bermain anak dan lain sebagainya.

Anak-anak selain mendapatkan obat untuk imunisasi juga dapat bermain sekali di gampong.

 

 

 

 

 

Bidan Desa selain

Selama ini, karena saya membidangi di bidang Kesehatan maka suka menolong.

Misalnya ibu-ibu yang hamil di luar nikah, banyak

Di Polindes sudah semua orang tau bahwa bersalin di rumah tanpa mengeluarkan biaya.

Rumanyan rame yang sudha ditolong. Bahkan tanpa mendapatkan biaya sedikitpun saya menolongnya. Dan saya tidak mengakses dari anggaran manapun untuk mengatasi bayi-bayi yang lahir di luar nikah.

Saya sudah bekerjasama dengan Dinas Sosial, dan bekerjasama dengan PPA. Orang PPA yang mendatangi ibu Bidang untuk menjemput bayi tersebut untuk dibawa ke rumah aman, biar jangan sampai terjadi anak terlantar atau ibunya membuang bayi.

Kemudian ibu yang melahirkan tersebut diantarkan ke rumah aman agar kehidupannya menjadi lebih terjamin, begitu pula anak tersebut bisa menjadi lebih terpelihara kesehatannya dengan dengan dijemput oleh DP3A dan Dinas Sosial.

Sudah banyak saya menolong ibu-ibu yang hamil di luar nikah, yang tidak menginginkan kehamilannya, saya tolong disini dan tanpa biaya 1000 rupiah pun, dan itu tidak saya naikkan di anggaran manapun.

Beberapa waktu yang lalu kami juga membuat program sunnat massal bagi anak-anak yang kurang mampu. Kami menggalang dana dari pihak yang mau berbantu dan juga meminta kawan-kawan untuk memberikan dengan harga yang murah untuk sunat bagi anak yang kurang mampu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 



Sri Rahayu, dia adalah seorang Kader Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) yang tinggal di Pulo Ara Kecamatan Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Namanya sangatlah familiar di kalangan anak-anak. Saat ini selain kader SAPA, jabatan yang diembannya adalah anggota Tuha Peuet Gampong (TPG) sekaligus merangkap sebagai Bidan Desa. Sosoknya sangat peduli dan menyanyangi anak-anak. Kedekatannya dengan anak orang lain seperti menyanyangi anaknya sendiri.

Jabatan yang saat ini menjadi tanggungjawabnya selalu dimanfaatkan untuk hal-hal berdampak positif bagi anak. Advokasi anggaran gampong yang berspektif perlindungan anak terus diupayakan. Salah satu anggaran yang berhasil diadvokasi pada saat musrembang adalah anggaran untuk Posyandu selama setahun yang berjumlah Rp 53.000.000,- Awalnya sempat mendapatkan penolakan dari aparatur gampong, karena menganggap tidak perlu terlalu besar biaya untuk Posyandu dan alasan lainnya. Tapi Sri Rahayu mencoba menyakinkan bahwa Posyandu  menjadi bagian penting untuk mencegah anak dari stunting, dengan posyandu dapat mencukupkan gizi bagi ibu dan bayi yang masih dalam kandungan.

Strategi advokasi yang dilakukan lebih kepada bukti sehingga mampu menyakinkan aparatur gampong lain bahwa yang ia lakukan merupakan sesuatu yang sangat esensial dan memiliki pengaruh besar terhadap anak. Advokasi lainnya yang mulai dirasakan manfaatnya oleh anak yaitu pengadaan tempat bermain bagi anak dengan Total biaya Rp 4.000.000,- Saat ini tempat bermain tersebut menjadi salah satu tempat favorit bagi anak-anak. Bahkan karena tempat bermainnya terletak di pekarangan Meunasah (Tempat Shalat) dan sering diadakan Posyandu sehingga memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan Posyandu sembari bermain di tempat bermain yang telah disediakan. “di tempat bermain itu ada plosotan, mandi bola, ayunan, alat cat mainan, sehinga menjadi tempat bersukaria bagi anak”. Ungkap Kader SAPA yang sering dipanggil Ibu Ayu.

Kepeduliannya kepada anak mampu melahirkan kreatifitas, ide-ide yang brillian dan inovasi yang beragam.  Ide yang sangat fenomenal dikembangkan adalah mengajak kolaborasi dengan pemberi layanan perlindungan anak di antaranya adalah dengan Dinas Sosial Kabupaten Bireuen, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong dan Perlindungan Keluarga Berencana (DPMGPKB). Menurutnya, “Beberapa bayi memang ada yang bermasalah, karena ibunya hamil di luar nikah. Misalnya orang tua bayi tidak merasa aman untuk kembali ke rumah, karena orangtua si ibu dari bayi tersebut tidak mengetahui ia sedang hamil. Solusinya, ya memberitahukan kepada orang DPMGPKP dan mereka yang mendatangi Polindes untuk menjemput bayi tersebut agar dapat dibawa ke rumah aman, biar jangan sampai terjadi anak terlantar atau ibunya membuang bayi”.

Rasa simpati dan perhatian kepada ibu si Bayi ditunjukkan dengan tidak mendalami secara lebih luas dengan siapa orangtua si bayi tersebut. Ia lebih memilih diam daripada bertanya siapa yang menjadi ayah bayi tersebut, karena jika ditanyakan secara lebih jauh dapat mempengaruhi psikologi dan perilaku dari ibu bayi dan stress sehingga turut berdampak pada anak yang masih dalam kandungan.  Bahkan sosok Kader SAPA ini juga sering tidak mengambil biaya terhadap anak yang lahir di luar nikah. “Saya sebagai Bidan Desa, sering membantu anak-anak yang lahir di luar nikah. Pertolongan yang saya berikan kepada bayi tersebut tanpa saya pungut biaya siribee perak (seribu rupiah). 

Program lainnya yang pernah dibuat oleh Tuha Peuet ini yang turut memikat hati para anak-anak adalah dengan mengadakan sunnat massal bagi anak fakir dan miskin. Kegiatan ini dilakukan dengan ikhlas guna membantu anak-anak yatim. Untuk kegiatan ini memang tidak ada anggaran, tapi saya berinisiatif menggalang anggaran dari kawan-kawan untuk membantu, dan juga meminta kepada Dokter untuk diberikan dengan harga yang murah”, Alhamdulillah waktu sunnat dilakukan, karena anak-anak senang dengan dan dekat dengan saya memanggil ‘bu Ayu, kesini pegang kami’. Ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya. Kemudian setelah sembuh anak-anak panggil ‘bu Ayu, kami sudah sembuh’.


Related Posts Display

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Pages

Pages